Kamis, 10 Maret 2011

"Penghibur" di malam hari yg tak bisa dipandang sebelah mata! (Salute untuk para DJ Perempuan)

          Kaum lelaki kini tak lagi mendominasi dunia disk jockey (DJ). Seiring timbulnya selera masyarakat yang semakin plural, kiprah DJ perempuan mulai mencuat di tengah industri hiburan dunia gemerlap alias dugem. Kemampuan mengolah lagu yang mumpuni juga menjadi daya tarik lainnya.
          Bandung tidak ketinggalan melahirkan DJ perempuan berbakat. Salah satunya, Pranya Poeri Paramita "Creme the Fresh" alias DJ Anya, yang kerap tampil di beberapa acara dalam dan luar negeri. Setelah belajar otodidak sejak dua tahun lalu, namanya kini dikenal hingga ke Belanda. Tahun lalu Anya tampil dalam acara I Love Asian di Rotterdam, Belanda.
          "Bangga banget bisa tampil di Belanda. Ternyata karya saya diminati dan dihargai mereka," kata pemilik situs pribadi http://www.djanya.com ini.
          Ada lagi Melody Garcia alias DJ Melody, resident DJ (DJ tetap) di Odeum Bandung. Ia juga berhasil memamerkan karya ke beberapa daerah di Indonesia dan luar negeri. Salah satunya, tampil dalam acara Super GT Malaysia.
         "Tanggapan mereka sangat antusias. Hal itu membuat saya semakin mantap menekuni dunia ini," kata perempuan berdarah Filipina ini. Jalan hidup dan kesuksesan yang diambil Anya dan Melody tidak datang begitu saja. Berawal dari minat pada musik, sedikit demi sedikit mereka mulai mengenal dunia kerja seorang DJ. Perlahan, keduanya mulai pandai menggabungkan dua atau lebih musik dalam satu rangkaian baru.
Rasa ketertarikan itu membuat Anya mantap belajar secara otodidak sejak dua tahun lalu. Aliran yang ditekuninya, pop progresif dan house music.
               "Awalnya, keluarga sempat kaget. Tapi, setelah tahu lebih dalam dan tidak ada hal negatif yang saya lakukan dalam dunia ini, sekarang mereka justru mendukung bakat dan pekerjaan ini," kata penggemar DJ Axwell, DJ Steve Angelo, dan DJ Deep Dish ini. Keputusan terbaik
            Hal senada dikatakan Melody. Dengan beragam hal yang sudah dijalaninya tiga tahun terakhir, pemilik situs pribadi http://www.djmelodyhouse.com ini yakin kiprahnya sebagai DJ adalah sesuatu yang tepat. Menjadi DJ, ujarnya, sebagai salah satu keputusan terbaiknya.
             "Lebih mudah menjalaninya karena sejak awal didasari rasa suka pada musik. Namun, menjadi lebih indah karena saya bisa menjalankan apa yang saya suka dengan baik," kata penyuka aliran garage, electro, dan house music ini.
             Berbekal pengalaman beberapa tahun terakhir dan tanggapan positif masyarakat, keduanya mengatakan siap bersaing dengan DJ laki-laki. Mereka menegaskan, tidak ada perbedaan kemampuan antara DJ laki-laki dan perempuan. "Daya tarik DJ perempuan bukan sekadar cantik. Kemampuan kami mengolah lagu tidak kalah dengan DJ lelaki," kata Anya.
             Public Relation Persatuan DJ Indonesia Aldo Sianturi berpendapat, potensi yang dimiliki DJ perempuan juga tidak kalah dengan DJ laki-laki. Banyak DJ perempuan mampu berkomunikasi dengan penikmatnya dan kreatif dalam menciptakan bentuk musik baru.
             Namun, secara umum Aldo mengatakan, eksistensi mereka bisa dikatakan naik-turun. Ada yang bertahan terus menekuni dunia DJ, tetapi banyak juga yang mundur karena beragam alasan, seperti belum menyadari sepenuhnya pilihan menjadi seorang DJ.
             Oleh karena itu, Aldo menyarankan, ke depan, DJ perempuan semakin rajin menceburkan diri dalam komunitas penikmat, selain juga komunitas DJ itu sendiri. Tujuannya, membangun rasa percaya diri dan mengukur kemampuan.
            "Mereka juga harus berani masuk rekaman. Hal itu bisa melatih kemampuan diri sekaligus supaya semakin dikenal masyarakat," kata Aldo.

Selamat Tinggal Pelem HOLLYWOOD!! (Mimpi atau Nyata ??)

Sebuah kabar mengagetkan datang dari Noorca Massardi, pengamat film yang sekaligus budayawan senior Indonesia. Di akun Facebooknya, ia menulis sebuah note mengenai diberlakukannya bea masuk hak distribusi film impor di Indonesia. Dengan begitu, film-film impor terancam tidak tayang di Indonesia!

Berita yang satu ini jauh lebih tidak mengenakkan dibandingkan kabar akan adanya demonstrasi besar-besaran di Bundaran HI yang dilakukan FPI atas reaksinya terhadap pernyataan Presiden SBY yang berencana membubarkan FPI. Dalam note-nya, Noorca Massardi menjelaskan bahwa mulai Januari 2011, Direktorat Bea Cukai memberlakukan aturan baru mengenai bea masuk atas hak distribusi. Itu berarti, setiap film impor yang masuk ke Indonesia akan dikenakan bea masuk. Untuk besar jumlah pajaknya belum diketahui.

Padahal, selama ini, setiap kopi film yang masuk ke Indonesia telah dikenakan bea masuk+pph+ppn yang jumlahnya mencapai 23,75% dari nilai barang. Ditjen Pajak juga selalu mendapatkan pajak penghasilan sebesar 15 persen dari hasil pemutaran setiap film. Penonton yang menyaksikan film tersebut pun tak terhindarkan dari pajak tontonan yang besarnya berkisar 10—15 persen dan dana tersebut masuk ke kas Pemda wilayah yang bersangkutan.

Menanggapi keputusan “gaib” ini, MPA sebagai Asosiasi Produsen Film Amerika memutuskan untuk tidak mendistribusikan seluruh film amerika di Indonesia mulai Kamis, 17 Februari 2011. Semua film yang sedang tayang di Indonesia pun bisa sewaktu-waktu dicabut hak edarnya jika pihak pemilik film impor menginginkannya.

Belum ada kabar mendetail mengenai alasan Dirjen Pajak memberlakukan bea masuk ini. Yang pasti, kita terancam tidak dapat menyaksikan True Grit, Black Swan, 127 Hours, dan film-film seru lainnya yang sudah kita nantikan sejak tahun lalu. Sebagai pecinta film dan orang yang digaji untuk menonton dan membuat review mengenai film-film impor, saya sangat kecewa. Adakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi?
Info ini bukan khayalan tetapi sudah terjadi..!!!
Buktinya :
1. Film 127 hours yg sudah di-confirm oleh 21 akan turun hari ini ternyata tidak ada.
2. Besok tidak ada midnight show dengan film baru sama sekali.
3. Buka web 21 cineplex. Mulai hari ini, tiba-tiba semua coming soon nya film indo..tidak ada film luar sama sekali..

silahkan cek di web resmi 21Cineplex : http://www.21cineplex.com/coming.htm

Without Hollywood movie, mau putar apa bioskop seperti Grand 21, Empire XXI, dll..
Apalagi Film Indo smakin turun kualitasnya..
Semoga masalah ini cepat ditemukan solusinya oleh semua pihak, demi para pecinta film!!
STRUGGLE for the BEST ENTERTAINMENT..